A. Definisi
Asma
Asma
adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil
pengobatan (the American thoracic society,1962)
Asma
adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversibel yang terjadi oleh karena
bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan antigen.(Dr.H.Tabrani
Rab,”ilmu penyakit paru”,1996)
Penyakit Asma (Asthma)
adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan
(bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga
bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya
seseorang mengalami sesak nafas.
B.
Klasifikasi Asma
1. Ditinjau
dari segi Imunologi
a. Asma
Ekstrinsik
a) Asma
Ekstrinsik Atopik
b) Asma
Ekstrinsik Nonatopik
b. Asma
Kriptogenik
a) Asma
Intrinsik
b) Asma
Idiopati
2. Ditinjau
dari berat ringannya penyakit
a. Tahap
4 = Persisten Berat
b. Tahap
3 = Persisten Sedang
c. Tahap
2 = Persisten Ringan
d. Tahap
1 = Intermittet
3. Ditinjau
dari Gejala Klinis
a. Serangan
Asma Ringan
b. Serangan
Asma Sedang
c. Serangan
Asma Berat
C.
Etiologi
1. Allergen
Yaitu zat zat tertentu yang bila
dihisap atau di makan dapat menimbulkan serangan asma, misalnya:debu rumah, tengau
debu rumah(Dermathopagoides pteronissynus), spora jamur, bulu kucing, bulu
binatang, beberapa makanan laut.
2. Infeksi
saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasn terutama
disebabkan oleh virus.virus influenza merupakan salah satu factor pencetus yang
paling sering menimbulkan asma bronchial. Diperkirakan, dua pertiga penderita
asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran pernafasan
(sundaru,1991)
3. Obat
obatan
Beberapa klien dengan asma
bronchial sensitive atau alergi terhadap obat tertentu seperti
penisilin.salisilat, beta bocker,kodein.
4. Polusi
udara
Klien sangat peka terhadap udara berdebu,
asap pabrik atau kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran
dan oksida foto kemical,serta bau yang tajam.
5. Lingkungan
kerja
Lingkungan kerja merupakan factor
pencetus yang menyumbang 2%-15% klien dengan asma bronchial(sundaru ,1991)
D.
Patofisiologi
Yang
sering terserang adalah bronkus dengan ukuran 3-5 mm,akan tetapi distribusinya
meliputi daerah yang luas.walaupun asma pada pribsipnya adalah suatu kelainan
pada bagian jalan pernafasan, akan tetapi dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan
pada bagian fungsional paru. Gangguan
itu disebabkan oleh karena :
1. Peningkatan
resistensi udara respirasi dimana akan mengganggu rasio ventilasi perkusi.
2. Terdapatnya
air tappring(perangkap udara)menyebabkan seolah olah volume inspirasi lebih besar
dari pada ekspirasi.
3. Terdapatnya
mucus dengan fiskositas yang tinggi di dalam lumen bronkus dimana dapat
menimbulkan gangguan fentilasi,dapat menyebabkan terjadinya opstruksi total.
4. Selain
bronkospasma dapat pula terjadi edema pada sluran pernafasan yang mana dapat
menggu pertukaran gas di dalam sitem pernafasan.
5. Pada
setiap serangan yang pertama produksi mucus selalu bertambah.
6. Infeksi
yang menghasilkan eksudat dapat mengganggu bagian jalan pernafasan maupun
fungsional dari jaringan.
7. Pada
tingkat permulaan dari suatu asma yang berat PaCO2 dah pH darah selalu konstan.
Tingkat
kegawatan pada fentilasi perkusi tidak selamanya sebanding dengan tingkat
opstruksi.Kadang kadang pemberian bronkodolator menyebabkan terjadinya
penurunan PaO2 secara tiba- tiba. Hal
ini di sebabkan oleh karena Defek fentilasi pervusi. Penurunan PaO2 selain
disebabkan karena gangguan frntilasi perVusi
dapat disebabkan karena kontraksi-kontraksi dari otot-otot pernafasan. Pada tingkat permulaan
Co2 yang di hasilkan dari aktivitas otot-otot pernafasan ini selalu dapat di
kompensasi oleh paru-paru. Pada
intensitas serangan yang tinggi dapat terjadi peninggian PaCo2 dan penurunan Ph
darah.
E. Gejala dan Tanda
1.
Sesak
2.
Batuk
3.
Nafas
Berbunyi(Wheezing)
4.
Cemas/
Gelisah/ Panik/ Berkeringat
5.
Tekanan Darah
Meningkat
6.
Nadi
Meningkat
7.
Frekuensi
Nafas Meningkat
8.
Sianosis
9.
Penggunaan
Otot Bantu Pernafasan
10.
Pulsus
Paradoksus
11.
Ekspirasi
Memanjang
12.
Eosinofil
Meningkat > 250/mm3(Pemeriksaan Lab.)
F. Pemeriksaan
Diagnostik
1. Pengukuran
Fungsi Paru (spitometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum
dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan
FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosis asma.
2. Pemeriksaan
Kulit
Untuk menunjukan adanya antibodi
IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
3. Pemeriksaan
laboratorium
a. Analisa
Gas Darah (AGD/ Astrup)
Hanya dilakukan pada serangan asma
berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis respiratorik.
b. Sputum
Adanya badan kreola adalah
karakteristik untuk serangan asma yang berat karena hanya reaksi yang hebat
saja yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah
sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk
melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi
terhadap beberapa antibiotik.
c. Pemeriksaan
Darah Rutin dan Kimia
Jumlah sel leukosit yang lebih dari
15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan SGPT meningkat
disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
4. Pemeriksaan
Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien
dengan asma bronkhial biasanya normal tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau komplikasi
asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis.
G. Penatalaksanaan Medis
1.
pengobatan nonfarmakologi
a.
Penyuluhan
Penyuluhan ini
ditujukan untuk peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga
klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, menggunakan obat secara
benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b.
Menhindari faktor
pencetus
Klien perlu dibantu
mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada linkungannya, diajarkan
cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk intake cairan yang
cukup bagi klien.
c.
Fisioterapi
Dapat digunakan untuk
mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase,
perkusi, dan fibrasi dada.
2. pengobatan farmakologi
a. Agonis
beta : metaproterenol (alupent,
metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 kali
semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
b. Metilxantin,
dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4x sehari. Golongan metilxantin adalah
aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
c. Kortikosteroid.
Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4x semprot
tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka yang lama mempunyai efek samping,
maka klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
dan Iprutropioum Bromide(atroven). Kromolin merupakan obat pencegah asma
khususnya untuk anak-anak. Dosis iprutropioum bromide diberikan 1-2 kapsul 4x
sehari (kee dan hayes, 1994)
H.
Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis
Pengkajian mengenai
nama, umur, dan jenis kelamin perlu dilakukan pada klien dengan asma. Serangan
asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status
atopik. Serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya faktor non-atopik.
Tempat tinggal
menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada. Berdasarkan alamat
tersebut, dapat diketahui pula faktor yang memungkinkan menjadi penc tus
serangan asma. Status perkawinan dan gangguan emosional yang timbul dalam
keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus serangan asma. Pekerjaan
serta suku bangsa juga perlu dikaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan
alergen. Hal lain yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal masuk
Rumah Sakit (MRS), nomor rekam medis, asuransi kesehatan, dan diagnosis medis.
Keluhan utama meliputi sesak nafas, baernafas terasa berat pada dada, dan
adanya keluhan sulit untuk bernafas.
2. Riwayat
Penyakit Saat Ini
Klien
dengan serangan asma datang mencari
pertolongan terutama dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak,
kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot
bantu pernapasan, kelelahan, gangguan kesadaran, diagnosis, dan perubahan
tekanan darah.
Serangan asma mendadak
secara klinis dapat dibagi menjadi 3 stadium. Stadium pertama ditandai dengan
batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritas mukosa yang
kental dan mengumpul. Pada Stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus.
Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mucus yang jernih dan berbusa.
Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang
diikuti bunyi mengi (wheezing). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan
pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah, warna kulit mulai membiru.
Stadium ketiga ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara nafas karena
aliran udara kecil, tidak ada batuk, pernapasan menjadi dangkal dan tidak
teratur, irama pernapasan meningkat karena asfiksia.
Perawat perlu mengkaji
obat-obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali setiap jenis obat
apakah masih relevan untuk digunakan kembali.
3. Riwayat
Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah
diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi saluran pernapasan atas,
sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan kolip hidung. Riwayat serangan asma,
frekuensi, waktu, dan alergi-alergi yang dicurigai sebagai pencetus serangan,
serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma.
4. Riwayat
Penyakit Keluarga
Pada klien
dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau penyakit
alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada
penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkunggannya (Hood
Alsagaf, 1993)
5. Pengkajjian
Psiko-sosio-kultural
Kecemasan dan
koping yang tidak efektif sering didapatkan pada klien dengan asma bronchial. Status ekonomi berdampak pada
asuransi kessehatan dan perubahan mekanisme peran dalam keluarga. Gangguan
emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asma baik
gangguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar, sampai lingkungan
kerja. Seorang dengan beban hidup yang berat lebih berpotensial mengalami
serangan asma. Berada dalam keadaan yatim piatu, mengalami ketidakharmonisan
hubungan dengan orang lain, sampai mengalami ketakutan tidak dapat menjalankan
peranan seper ti semula.
a.
Pola Resepsi dan Tata
Laksana Hidup Sehat
Gejala asma
dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal sehingga klien dengan
asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang tidak akan menimbulkan
serangan asma.
b.
Pola Hubungan dan Peran
Gejala asma
sangat membatasi klien untuk menjalani hidupnya secara normal. Klien perlu
menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien, baik di lingkungan
rumah tangga, masyarakat, ataupun lingkungan kerja serta perubahan peran yang
terjadi setelah kllien mengalami serangan asma.
c.
Pola Persepsi dan
Konsep Diri
Perlu dikaji
tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Prsepsi yang salah dapat
menghambat renspon kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah
juga akan menjadi stressor dalam kehidupan klien. Semakn banyak stressor yang
ada pada kehidupan klien dengan asma dapat meningkatkan kemungkinan serangan
asma berulang.
d.
Pola Penanggulangan
Stress
Stress dan
ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan asma. Oleh
karena itu, perlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh
stress terhadap kehidupan klien serta cara penaggulangan terhadap stressor.
e.
Pola Sensorik dan
Kognitif
Kelainan pada
pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri klien dan akhirnya
mempengaruhi jumlah stressor yang dialami klien sehingga kemungkinan terjadi
serangan asma berulang pun akan semakin tinggi.
f.
Pola Tata Nilai dan
Kepercayaan
Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakininya
di dunia dipercaya dapat meningkattkan kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien
terhadap Tuhan dan mendekatkan diri Kepada-Nya merupakan metode penanggulanga
stress yang konstruktif.
6. Pemeriksaan
Fisik
a.
Keadaan umum
Perawat juga perlu mengkaji tentang
kesadaran klien,kecemasan,kegelisahan,kelemahan suara bicara,denyut
nadi,frekuensi pernafasan yang meningkat,pengunaan otot-otot bantu pernafasan
,sianosis,batuk dengan lender lengket,dan posisi istirahat klien.
b.
Breathing
1. Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya
peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan,serta penggunaan otot bantu
pernafasan.
2. Palpasi
Pada palpasi
biasanya kesimetrisan, eksoansi, dan taktil fremitus
3. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara
normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah
4. Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang
meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan bunyi nafas
tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi.
c.
Blood
perawat perlu memonitor dampak asma
pada status kardiovaskuler meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, dan tekanan darah
d.
Brain
Pada saat inspeksi tingkat
kesadaran perlu dikaji, disamping
itu diperlukan pemeriksaan GCS, untuk
menentukan tingkat kesadaran klien apakah composmetis, Somnolen, atau Coma.
e.
Blaader
pengukuran volume output urine
perlu dilakukan.oleh karena itu, perawat
perlu memonitor ada tidaknya oliguria, karena hal tersebut merupakan tanda awal
terjadinya syok.
I.
Diagnosa
keperawatan
1. Tidak
efektif bersihan jalan nafas berhubungan
dengan peningkatan produksi mucus, secret kental dan bronkuspasme.
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplay dan kebutuhan O2.
3. Gangguan
pola makan berhubungan dengan anoreksia.
4. Resiko
tinggi terhadap tidak efektifnya piñata laksanaan berhubungan kurangnya
pengetahuan.
J.
Intervensi
keperawatan
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.1.
1.2.
1..3
2.1.
2.2.
2.3.
3.1
3.2.
4.1.
4.2
4.3.
|
Instruksikan klien
nafas dalam sambil duduk setegak mungkin
Ajarkan klien batuk
efektif
Auskultasi paru, sebelum dan sesudah
tindakan
Berikan lingkungan
tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana pengobatan.
Bantu aktivitas klien
dalam perawatan diri yang diperlukan.
Beri perawatan oral
sering,buang secret,berikan wadah khusus untuk sekali pakai.
Hindari makanan
penghasil gas dan minuman berkarbonat.
Ajarkan klien tentang
diagnose dan program pengobatan.
Kembangkan latihan
klien.
Anjurkan klien untuk
menyimpan buku harian.
|
Memungkinkan espansi
paru lebih besar serta menggeser organ abdominalis menjauhi paru.
Membantu dalam
mengeluarkan secret
Membantu mengevaluasi
keberhasilan tindakan
Menurunkan stress dan
meningkatkan istirahat
Untuk menghemat
energi guna penyembuhan.
Meminimalkan
kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebetuhan oksigen.
Rasa tidak
enak,bau,dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan
membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
Dapat meningkatkan
Dispnea.
Pemahaman dapat
membantu mendorong kepatuhan dan partisipasi dalam perawatan diri.
Latihan meningkatkan
stamina klien.
Menyimpan buku harian
memungkinkan klien untuk mempertahankan seluruh riwayat dan membantu klien
untuk menyebutkan stimulant asma, juga membantu member pelayanan kesehatan
bila klien tidak mampu bicara untuk dirinya sendiri.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar