Senin, 27 Januari 2014

askep post partum


TINJAUAN TEORI




A.      Pengertian Post Partum

        Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6–8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2002). Selain itu masa nifas/purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Mansjoer et.All. 1993).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Post portum/masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998):
1.    Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2.    Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya mencapainya 6–8 minggu.
3.    Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil/waktu persalinan mempunyai komplikasi.

B.       Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti sedia kala sebelum hamil, sehingga pada masa nifas banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi, diantaranya:

1.         Perubahan dalam sistem reproduksi
a.    Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)
b.    Involusi tempat plasenta
c.    Pengeluaran lochea
d.   Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina
2.         Laktasi/pengeluaran Air Susu Ibu
Selama kehamilan horman estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone estrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormone prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3.         Perubahan Sistem Pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau 2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan pengendalian pada fase defekasi.


4.         Perubahan sistem perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami kesukaran dalam buang air kecil, karena:
a.         Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
b.        Uretra tersumbat karena perlukaan/odema pada dindingnya akibat oleh kepala bayi
c.         Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5.         Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena meregang setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada multipara.
6.         Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan chorionia gonadotropin  (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.
7.         Perubahan Tanda-tanda Vital
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah  partus dapat naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah 12 jam pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa pengobatan.
8.         Perubahan sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo 2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan peningkatan faktor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9.         Perubahan Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000–30.000 tanpa menjadi patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang. Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10.     Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan gejala-gejala depresi ringan sampai berat.



C.        Tanda Bahaya Post Partum

1.        Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
2.        Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3.        Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4.        Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
5.        Pembengkakan di wajah/tangan
6.        Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
7.        Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
8.        Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
9.        Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
10.    Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
11.    Merasa sangat letih/nafas terengah-engah

D.      Perawatan Post Partum

        Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah  bersih barulah bayi disusui.

E.        Diagnosa Keperawatan

1.    Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervagina
2.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya kontraksi uterus pasca persalinan yang ditandai dengan nyeri perut
3.    Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervagina
4.    Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian
5.    Resiko infeksi b/d perdarahan
6.    Gangguan eliminasi fekal b/d obstipasi
7.    Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan

F.      Intervensi Keperawatan

a.       Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit klien mampu mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan dengan criteria hasil :
Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan.
Intervensi :
1)      Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang
R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
2)      Monitor tanda vital
R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
3)      Monitor intake dan output setiap 5-10 menit
R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
4)      Evaluasi kandung kencing
R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
5)      Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis.
R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri
6)      Batasi pemeriksaan vagina dan rectum
R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom
Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi.
7)      Berikan infus atau cairan intravena
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular

b.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya kontraksi uterus pasca persalinan,jika menyusui bayinya,yang ditandai dengan nyeri perut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit nyeri klien berkurang dengan criteria hasil :
Skala nyeri klien berkurang
Wajah klien tampak rileks
Intervensi :
1)      Kaji Nyeri
R/Mengidentifikasi tingkat nyeri
2)      Berikan kompres hangat di perut klien
R/vasodilatasi pembuluh darah mengurangi rasa nyeri
3)      Anjurkan klien tetap untuk menyusui anaknya
R/mencegah agar payudara tidak bengkak
4)      Kolaborasi,pemebrian anlgetik
R/untuk mengurangi rasa nyeri


c.       Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervagina
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit tanda vital dan gas darah dalam batas normal
Criteria hasil :
Mukosa bibir,gusi,dan lidahtidak pucat
                  Intervensi :
1)      Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
2)      Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
3)      Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi ASI
4)      Tindakan kolaborasi :Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )
R/ Berikan terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ).

d.      Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dengan criteria hasil Klien mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Intervensi :
1)      Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya

2)      Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
3)      Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
R/ Memberikan dukungan emosi
4)      Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
5)      Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas

e.       Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 30 menit tidak terjadi infeksi dengan criteria hasil : lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal
Intervensi :
1)      Catat perubahan tanda vital
R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi
2)      Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul
R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak terdeteksi
3)      Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangan
4)      Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing
R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
5)      Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut
jangan sampai terlalu basah
R/ pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan
dapat menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan
resiko infeksi.
6)      Tindakan kolaborasi
• Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )
• Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi ).

f.       Gangguan eliminasi fekal b/d obstipasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit gangguan eliminasi fekal teratasi dengan criteria hasil : klien mampu BAB secara teratur
Intervensi :
1)      Anjurkan klien untuk melakukan sedikit mobilisasi/gerakan pemanasan
R/untuk memperlancar peredaran darah
2)      Dorong klien untuk makan makanan yang berserat
R/mempermudah proses pencernaan
3)      Kolaborasi,berikan laksan per oral
R/mempermudah dalam BAB

g.      Resiko shock hipovolemik s/d perdarahan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit tidak terjadi shock pada klien dengan criteria hasil tidak terjadi penurunan kesadaran dan tanda-tanda dalam batas normal
Intervensi :
1)      Anjurkan pasien untuk banyak minum
R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravascular sehingga dapat meningkatkan volume intravascular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.

2)      Observasitanda-tandavital tiap 4 jam
R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara dini.
3)      Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.
R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak ditangani secara baik.
4)      Observasi intake cairan dan output
R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.
5)      Kolaborasi dalam :
- Pemberian cairan infus / transfuse
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat mencegah terjadinya shock
- Pemberian koagulantia dan uterotonika
R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.













DAFTAR PUSTAKA

Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 1991. Pelatihan Gawat Darurat Prenatal. Semarang: CV. Grafika Karya
Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis, Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC
DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. 1995. Pencegahan dan Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan. Jakarta: DEPKES RI
Doenges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and     Documentating Patient Care. Edisi III. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC
Long, Barbara. C. 1996. Essential of Medical Surgical Nursing. Cetakan I. Penerbit CV. Mosby Company, St. Louis, USA

Doengoes M.E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III.Jakarta.EGC

Mansoer Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran.FKUI.Jakarta

Prawirohardjo S.2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Yayasan Bina Pustaka.jakarta





Tidak ada komentar: