Jumat, 27 September 2013

askep fraktur


LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR

A.    PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. ( Brunner&Sudart, 2001).

B.     JENIS FRAKTUR
1.      Berdasarkan sifat fraktur
a.       Fraktur tertutup
Apabila fagmen tulang yang patah tidak tampak dari luar.
b.      Fraktur terbuka
Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar, fraktur dengan luka pada kulit atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang. Faktur terbuka digradasi menjadi :
Grade I      :luka bersih dengan panjang kurang 1 cm.
Grade II    :luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Grade II    :sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif
2.      Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur
a.       Fraktur komplit
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran bergeser dari posisi normal)
b.      Fraktur inkomplit
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
Misal :    - Hair line fraktur
               - Green stick ® fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi yang lain membengkok

3.      Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme tauma
a.       Fraktur transversal
Arah melintang dan merupakan akibat trauma angulasi / langsung.
b.      Fraktur oblik
Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma langsung.
c.       Fraktur spiral
Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi.
d.      Fraktur kompresi
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
4.      Istilah lain
a.       Fraktur komunitif
Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
b.      Fraktur depresi
Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
c.       Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, tumor, metastasis tulang).
d.      Fraktur avulsi
Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya.

C.    ETIOLOGI
  1. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh, pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan udema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah. ( Brunner&Sudart, 2001 ).
  2. Menurut Oswari E (1993)
a.       Kekerasan langsung
Terkena pada bagian langsung trauma
b.      Kekerasan tidak langsung
Terkena bukan pada bagian yang terkena trauma
c.       Kekerasan akibat tarikan otot
  1. Menurut Barbara C Long (1996)
a.       Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan)
b.      Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan)
c.       Karena neoplasma yang berpengaruh pada penyerapan kalsium sehingga rentan fraktur.

D.    MANIFESTASI KLINIK
Manifeastasi fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus pembengkakan lokal dan perubahan warna.
§  Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah saat fragmen tulang diimobilisasi.
§  Deformitas (kelainan bentuk)
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragnmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas ekstremitas yang dapat diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal.
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur.
§  Krepitasi (suara berderik)
Saat ekstremitas diraba dengan tangan teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
§  Bengkak dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.m tanda ini baru bisa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.
§  Peningkatan temperatur lokal
§  Pergerakan abnormal
§  Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)
§  Kehilangan fungsi

E.     PRINSIP PENANGANAN FRAKTUR
SASARAN TINDAKAN TERHADAP FRAKTUR:
·         Menengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal. (reduksi)
·         Mempertahankan reduksi sampai terjadi penyembuhan (immobilisasi)
·         Mempercepat pengembalian fungsi  dan kekuatan normal bagian tersebut. (rehabilitasi)
METODE UNTUK MENCAPAI REDUKSI FRAKTUR
·         Reduksi tertutup
·         Traksi
·         Rediksi terbuka
  1. Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.
a.       Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
ü  Immobilisasi dan penyangga fraktur
ü  Istirahatkan dan stabilisasi
ü  Koreksi deformitas
ü  Mengurangi aktifitas
ü  Membuat cetakan tubuh orthotik
b.      Traksi (mengangkat / menarik)
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
·         Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
·         Traksi mekanik, ada 2 macam :
ü  Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
ü  Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
·         Mengurangi nyeri akibat spasme otot
·         Memperbaiki & mencegah deformitas
·         Immobilisasi
·         Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
·         Mengencangkan pada perlekatannya
  1. Cara operatif / pembedahan
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka.
Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka.
Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
·         Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
·         Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
·         Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
·         Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
·         Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan.
METODE MEMPERTAHANKAN IMMOBILISASI
·         Alat eksterna : bebat, brace, case, pin dan gips, fiksator eksterna, traksi dan balutan.
·         Alat interna     : nail, plat, sekrup, kawat, batang.

F.     KOMPLIKASI FRAKTUR
  • Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok, yang bisa berakibat fatal daklam beberapa jam setelah cedera, emboli lemak yang dapat terjadi dalam 48 jam atau laebih. Dan sindroma kompartemen, yang baerakibat kehilangan fungsi akstremitas permanen. Penanganan meliputi mempertahankan volume darah, mengurangi nyeri, memasang pembebatan dan melindungi pasien dari cedera lebih lanjut.
  • Komplikai lambat atau tidak ada penyatuan.
Penyatuan lambat terjadi jika penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan normal, untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan terlambat mungkin karena infeksi sitemik dan distraksi fragmen tulang. Faktor yang ikut berperan dalampenyatuan meliputi: infeksi, interposisi jaringan antara ujung tulang, immobilisasi dan manipulasi yang tidak memadai yang menghentikan pembentukan kalus, jaraj yang terlalu jauh antara fragmen tulang, dan gangguan asupan darah. Akibatnya terjadi nekrosis avaskuler tulang.

kondisi patologis, osteoporosis, neoplasma,prses penuaan
 
PATHWAY

 





























G.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
§  Defisit volume cairan b.d. perdarahan
§  Nyeri akut b/d fraktur sekunder trauma jaringan syaraf
§  Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri
§  Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. mual, muntah
§  Resti infeksi b.d. imflamasi bakteri ke daerah luka



H.    INTERVENSI KEPERAWATAN

1.      Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam  klien mampu mengontrol nyeri, dengan kriteria hasil :
§  Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
§  Mengikuti program pengobatan yang diberikan
§  Menunjukan penggunaan tehnik relaksasi
Intervansi :
a.       Kaji tipe atau lukasi nyeri. Perhatikan intensitas pada skala 0-10. Perhatikan respon terhadap obat.
Rasional : Menguatkan indikasi ketidaknyamanan, terjadinya komplikasi dan evaluasi keevektivan intervensi.
b.      Motivasi penggunaan tehnik menejemen stres, contoh napas dalam dan visualisasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memvokuskan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan kemampuan koping, menghilangkan nyeri.
c.       Kolaborasi pemberian obat analgesik
Rasional : mungkin dibutuhkan untuk penghilangan nyeri/ketidaknyamanan.


2.      Nutisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam nutrisi pasien terpenuhi dengan KH:
§  Makanan masuk
§  BB pasien naik
§  Mual, muntah hilang
Intervensi:
a.       Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional: memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi pasien
b.      Sajikan menu yang menarik
Rasional: Menghindari kebosanan pasien, untuh menambah ketertarikan dalam       mencoba makan yang disajikan
c.       Pantau pemasukan makanan
Rasional: Mengawasi kebutuhan asupan nutrisi pada pasien
d.      Kolaborasi pemberian suplemen penambah nafsu makan
Rasional: kerjasama dalam pengawasan kebutuhan nutrisi pasien selama dirawat di rumah sakit.

3.      Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, klien memiliki rentang respon adaptif, dengan kriteria hasil :
§  Tampak relaks dan melaporkan ansietas menurun sampai dapat ditangani.
§  Mengakui dan mendiskusikan rasa takut.
§  Menunjukkan rentang perasaan yang tepat.
Intervensi :
a.       Dorong ekspresi ketakutan/marah
Rasional : Mendefinisikan masalah dan pengaruh pilihan intervensi.
b.      Akui kenyataan atau normalitas perasaan, termasuk marah
Rasional : Memberikan dukungan emosi yang dapat membantu klien melalui penilaian awal juga selama pemulihan
c.       Berikan informasi akurat tentang perkembangan kesehatan.
Rasional : Memberikan informasi yang jujur tentang apa yang diharapkan membantu klien/orang terdekat menerima situasi lebih evektif.
d.      Dorong penggunaan menejemen stres, contoh : napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Rasional : membantu memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan penigkatan kemampuan koping.






















DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan Keperawatan dan masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made Kanosa, Edisi III. EGC Jakarta.
Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Jakarta
Sudart dan Burnner, (1996). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3. EGC : Jakarta.










Tidak ada komentar: